Apakah Begadang Bisa Bikin Depresi? Mengungkap Hubungan antara Kebiasaan Tidur dan Kesehatan Mental - health Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Apakah Begadang Bisa Bikin Depresi? Mengungkap Hubungan antara Kebiasaan Tidur dan Kesehatan Mental

google-image
Ilustrasi perempuan yang sedang begadang. Foto: Freepik

Ilustrasi perempuan yang sedang begadang. Foto: Freepik

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Siapa yang masih suka begadang? Di masa sekarang, begadang telah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang, terutama di kalangan anak muda. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan begadang dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental? Penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara begadang dan risiko depresi.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One pada tanggal 19 Maret 2025, oleh Simon Evans dari University of Surrey, Inggris, dan rekan-rekannya, menemukan bahwa orang yang sering begadang, yang biasa dikenal sebagai night owl memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan dengan orang yang terbiasa bangun pagi atau early bird.

Studi ini melibatkan 546 mahasiswa yang mengisi kuesioner online mengenai pola tidur, mindfulness, kecenderungan ruminasi, konsumsi alkohol, serta tingkat depresi dan kecemasan mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa individu night owl cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih buruk, konsumsi alkohol yang lebih tinggi, dan tingkat mindfulness yang lebih rendah. Faktor-faktor inilah yang diduga menjadi penyebab meningkatnya risiko depresi pada mereka yang sering begadang.

Bahaya Begadang bagi Kesehatan Mental

Kurang tidur akibat begadang dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon yang berperan dalam regulasi suasana hati. Selain itu, begadang juga dapat meningkatkan stres oksidatif dan peradangan, yang keduanya telah dikaitkan dengan depresi.

Kebiasaan begadang juga seringkali disertai dengan gaya hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi kafein dan makanan cepat saji yang berlebihan, serta kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor ini juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko depresi.

Apakah Begadang Bisa Bikin Depresi?

Berdasarkan studi di atas, dapat disimpulkan bahwa begadang dapat meningkatkan risiko depresi. Meskipun studi ini memiliki keterbatasan dalam membuktikan hubungan sebab-akibat karena desainnya yang cross-sectional, namun temuan ini memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak buruk begadang bagi kesehatan mental.

Tips untuk Mengurangi Risiko Depresi Akibat Begadang

Jika kamu termasuk orang yang sering begadang, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi risiko depresi:

  • Perbaiki pola tidur: Usahakan untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, bahkan di akhir pekan. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan kondusif.
  • Latih mindfulness: Mindfulness dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur. Anda dapat mencoba meditasi atau latihan pernapasan.
  • Batasi konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu kualitas tidur dan memperburuk gejala depresi.
  • Kelola stres: Kamu bisa cari cara sehat untuk mengelola stres, seperti berolahraga, melakukan hobi, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.

Begadang dapat meningkatkan risiko depresi, terutama pada anak muda. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola tidur yang sehat dan mengadopsi gaya hidup yang seimbang untuk menjaga kesehatan mental. Jika kamu mengalami gejala depresi, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.

Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang dampak begadang terhadap kesehatan mental. Mari kita jadikan temuan ini sebagai motivasi untuk memperbaiki pola tidur, mengelola stres, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Kesehatan mental adalah investasi berharga yang perlu kita jaga.

Pilihan Editor: Waspada Panic Attack, Begini Cara Identifikasinya

PLOS.ORG |  NEWSMEDICAL

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement