CANTIKA.COM, Jakarta - Waisak menjadi salah satu perayaan penting bagi pemeluk agama Buddha. Waisak sendiri dirayakan sebagai momentum untuk mengingat tiga peristiwa agung dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan, dan Parinirvana (wafat).
Selain mengingat tiga peristiwa di atas, Waisak juga menjadi momen untuk merefleksikan dan memperkuat diri dengan nilai-nilai kebajikan, pengendalian diri, welas asih, serta berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Tak hanya menebalkan aspek spiritual, Waisak juga bertujuan untuk melatih diri dan memperkuat praktik dharma dalam hidup sehari-hari, dan berikut ini adalah tujuh tradisi yang dilakukan umat Buddha di peringatan Waisak.
1. Berdoa dan Melakukan Perenungan Diri
Artikel Terkait:
Selama perayaan Waisak, umat Buddha akan mengunjungi kuil-kuil lokal maupun kuil besar untuk berdoa. Mereka juga umumnya melakukan perenungan akan diri dan kehidupan secara tenang. Kuil-kuil dari berbagai wilayah biasanya memiliki program tersendiri untuk memperingati Hari Waisak.
2. Mengenakan Pakaian Putih
Meskipun tidak ada dress code khusus saat mengunjungi kuil di Hari Waisak, umat Buddha dianjurkan untuk memakai pakaian putih. Hal ini karena warna putih dianggap sebagai simbol kemurnian.
3. Menerapkan Kelima Sila
Lima sila yang dimaksud di sini meliputi tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, berbohong dan mengkonsumsi minuman keras—yang sebenarnya sudah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, umat Buddha juga diajarkan untuk menahan diri dari berbicara buruk tentang orang lain serta tidak terlibat dalam kegiatan negatif.
4. Menyalakan Lampu Minyak atau Lilin
Artikel Terkait:
Paus Fransiskus Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun, Dunia Berduka
Umat Buddha akan menyalakan lampu minyak selama Hari Waisak. Lampu minyak dianggap mengusir kegelapan dan juga melambangkan penerangan bagi kehidupan seseorang.
Untuk yang menggunakan lilin, lilinnya biasanya berbentuk bunga lotus. Bunga lotus melambangkan mekarnya keindahan dari dunia yang berantakan. Menurut mitosnya, Sang Buddha juga muncul secara magis dari bunga tersebut.
5. Mengibarkan Bendera Buddha
Bendera Buddha memiliki enam garis vertikal berwarna biru, kuning, merah, putih, dan oranye. Bendera ini dirancang oleh J.R. de Silva dan Kolonel Henry S. Olcott pada 1800-an. Banyak kuil yang membagikan bendera secara gratis kepada para umat. Hal ini bertujuan agar para pengikut Buddha menggantung dan mengibarkannya di rumah selama hari Waisak.
6. Menawarkan Sedekah
Saat Waisak, umat Buddha menawarkan sedekah kepada para biarawan seperti makanan atau kebutuhan dasar dan persediaan medis. Para biku melakukan kegiatan makan hanya satu kali sehari (pada siang hari). Alhasil, banyak umat yang datang ke kuil menjadikan hari Waisak juga sebagai kesempatan relawan dalam persiapan makanan.
7. Mandi ‘Sang Buddha’
Umat Buddha yang mengunjungi kuil saat hari Waisak kerap melakukan ritual suci ini. Hal ini karena kegiatan tersebut dianggap mampu memurnikan hati dan pikiran dari keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan.
Pilihan Editor: Hari Raya Waisak, Dewi Lestari: Kebahagiaan Tidak Pernah Berkurang Ketika Dibagikan
Muhammad Fria Fachrama Sumitro
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika