CANTIKA.COM, Jakarta - Festival Songkran yang digelar setiap tahun pada 13 hingga 15 April dikenal sebagai perayaan Tahun Baru tradisional di Thailand. Meski populer sebagai “Festival Air” karena perang air massalnya, Songkran menyimpan nilai budaya yang dalam. Di balik kemeriahannya, peran perempuan dalam menjaga dan mewariskan tradisi sangatlah signifikan dan seringkali menjadi kunci pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
Makna Spiritual di Balik Festival Songkran
Dalam akar sejarahnya, Songkran merupakan momen untuk refleksi spiritual, membersihkan diri dari energi negatif, serta memperkuat hubungan kekeluargaan. Praktik seperti menyiram air suci ke patung Buddha dan ke tangan orang tua melambangkan penghormatan serta harapan akan berkah di tahun yang baru. Perempuan, khususnya para ibu dan nenek, biasanya memimpin proses ini—mereka menyiapkan sesajen, membersihkan altar leluhur, dan mengatur jalannya ritual keagamaan dalam lingkup keluarga.
Perempuan sebagai Penjaga Tradisi Budaya
Peran perempuan dalam Festival Songkran terlihat jelas dalam pelestarian warisan budaya. Selama perayaan, banyak perempuan mengenakan chut thai, busana tradisional yang mencerminkan identitas dan kebanggaan nasional. Mereka juga aktif dalam kegiatan budaya seperti tarian tradisional dan kelas kerajinan tangan, yang memperkenalkan kekayaan budaya Thailand kepada generasi muda dan wisatawan. Perempuan, dalam hal ini, bukan sekadar peserta, tetapi juga pelaku utama pelestarian budaya dalam Songkran.
Keselamatan Perempuan dan Kesadaran Gender
Namun, di balik suasana yang penuh suka cita, Festival Songkran tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah isu keselamatan perempuan di ruang publik. Dikutip dari Tempo, pemerintah Thailand sempat mengimbau agar perempuan tidak memakai pakaian terbuka selama festival guna mencegah pelecehan seksual. Tapi pendekatan ini dinilai problematik karena cenderung menyalahkan korban, tanpa menyasar akar permasalahan yaitu perilaku pelaku.
Meskipun Songkran dikenal sebagai festival yang penuh suka cita, sayangnya, tak sedikit perempuan yang menghadapi ketidaknyamanan selama perayaan. Salah satu masalah yang terus menghantui adalah pelecehan seksual di ruang publik.
Sebuah survei oleh Suan Dusit Poll pada Maret 2024 mengungkapkan kenyataan mengejutkan bahwa 32,43% dari 4.011 responden di Bangkok mengalami pelecehan seksual selama tiga tahun terakhir saat Songkran berlangsung. Angka lain menunjukkan bahwa 57,79% dari mereka mengaku wajahnya disentuh dengan bubuk kapur—tindakan yang dianggap menyenangkan oleh sebagian orang, tetapi bisa melanggar batas personal, terutama jika dilakukan tanpa persetujuan. Bahkan, 14,19% responden memilih tidak ikut bermain air karena takut mengalami pelecehan seksual, atau sudah pernah mengalaminya dan memutuskan untuk tidak merayakan lagi.
Angka-angka ini menegaskan bahwa Festival Songkran belum sepenuhnya menjadi ruang aman bagi perempuan, khususnya mereka yang ingin merayakan tradisi tanpa harus merasa terancam atau tidak nyaman.
Perempuan Muda Mengubah Narasi Songkran
Kini, generasi muda perempuan Thailand mulai mengambil peran dalam membentuk ulang citra Songkran. Mereka aktif menggunakan media sosial untuk menyebarkan edukasi tentang makna asli festival dan pentingnya menciptakan ruang yang aman dan inklusif. Beberapa media seperti Nation Thailand, CNN, bahkan BBC menyoroti pentingnya menghormati tubuh dan ruang perempuan dalam perayaan publik. Perempuan muda menjadi agen perubahan yang membawa isu gender ke tengah perayaan budaya yang selama ini dianggap netral.
Festival Songkran sejatinya merupakan cerminan spiritualitas dan budaya masyarakat Thailand. Dengan menghargai kontribusi perempuan dalam Songkran, baik sebagai penjaga tradisi, pendidik, maupun masyarakat. Kita dapat melihat dimensi festival ini secara lebih utuh. Perempuan dan unsur budaya dalam Festival Songkran adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Hanya dengan ruang yang aman dan inklusif, Songkran dapat terus tumbuh sebagai perayaan yang bukan hanya meriah, tapi juga bermakna.
Pilihan Editor: Maha Songkran World Water Festival 2025 Siap Digelar, Ini Agendanya
UNESCO | TEMPO | THAI EMBASSY
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika