Kata Para Bos Perempuan JobStreet Indonesia Tentang Artificial Intelligence - lifestyle Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kata Para Bos Perempuan JobStreet Indonesia Tentang Artificial Intelligence

foto-reporter

Reporter

google-image
(dari kiri ke kanan) Tarita Lubis - Head of HR, Jobstreet by SEEK, Ethika Santi - Head of Segment Growth, Jobstreet by SEEK, dan Sawitri - Indonesia Country Head Marketing, Jobstreet by SEEK di Kantor Jobstreet by SEEK Indonesia, Gedung RDTX Place, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin, 10 Maret 2024. Foto: CANTIKA/Dini Aghnny

(dari kiri ke kanan) Tarita Lubis - Head of HR, Jobstreet by SEEK, Ethika Santi - Head of Segment Growth, Jobstreet by SEEK, dan Sawitri - Indonesia Country Head Marketing, Jobstreet by SEEK di Kantor Jobstreet by SEEK Indonesia, Gedung RDTX Place, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin, 10 Maret 2024. Foto: CANTIKA/Dini Aghnny

Advertisement

CANTIKA.COM, JakartaPerkembangan teknologi buatan atau artificial intelligence (AI) membawa perubahan besar dalam berbagai bidang pekerjaan. Menanggapi hal tersebut, Fransisca Liliana, Head of Finance, Jobstreet by SEEK mengungkapkan pentingnya beradaptasi dengan perkembangan AI. Pekerjaan sebelumnya yang dilakukan secara manual, sekarang lebih banyak otomatis dengan teknologi, menurut pandangannya.

“Seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan ekonomi, dan zaman yang ada. Karena kita tahu perkembangan dunia AI belakangan ini sangat cepat, platform digital. Perkembangan dunia ini berarti perkembangan teknologi juga. Begitupun dengan finance. Yang dulunya pakai excel culomb, sekarang pakai yang lain," jelas Fransisca di Jakarta pada Senin, 10 Maret 2025. 

Dari sisi Tarita Lubis, Head of Human Resource Jobstreet by SEEK, ia tak menutupi memiliki sedikit kekhawatiran tentang AI yang bisa menggantikan pekerjaan manusia. Meski demikian, Tarita juga menegaskan bahwa banyak juga pekerjaan-pekerjaan yang muncul berkat hadirnya AI, contohnya adalah data analyst.

"Jadi menurut saya kekhawatiran itu pasti ada. Tapi kekhawatiran itu dijadikan motivasi untuk selalu menjadi lebih relevan. Karena sebenarnya dengan adanya AI dan teknologi, itu lebih banyak lagi opportunity pekerjaan-pekerjaan baru yang sekarang kita belum terpikir," ucap Tarita.

Selaras dengan Tarita, Ethika Santi, Head of Segment Growth, Jobstreet by SEEK,  mengungkapkan bahwa kekhawatirannya terhadap AI itu pasti ada. Namun, menurutnya kita harus memiliki yang namanya daya saing dan tujuan yang jelas.

"Sebenarnya kalau dibilang rasa takut itu pasti ada, takut tergantikan karena kita punya keterbatasan dan segala macam. Tapi menurut saya, kita harus punya rasa berkompetisi menurut aku," jelas Etika.

"Kalau selama orang itu punya purpose yang jelas,dan bisa deliver dengan baik, kamu harus mencoba apapun itu. Dengan belajar, syukurnya di Jobstreet ini kita punya banyak peluang dan belajar terus," sambungnya.

Sawitri, Indonesia Country Head Marketing Jobstreet by SEEK juga menekankan pentingnya pengetahuan tentang kecerdasan buatan. Ia merasa kehadiran AI bisa mempermudah pekerjaan, sehingga punya banyak waktu untuk mempelajari hal lain.

"Jadi gunakan segala macam AI itu supaya kita punya waktu banyak untuk kita belajar," ujar Sawitri. "Belajar itu dengan banyak cara, kita juga punya karierku, kita punya video-video singkat, dan artikel-artikel. Tapi masalahnya adalah dengan teknologi yang semakin maju, itu bagaimana kita memanfaatkan untuk karier kita sendiri," ujarnya. 

Dapat disimpulkan perkembangan artificial intelligence tidak sepenuhnya menjadi tantangan, tapi menjadi peluang baru. Tergantung pada bagaimana kita menanggapi kehadiran AI itu sendiri. Tentunya kita harus terus belajar dan memanfaatkan teknologi dengan bijak agar bisa relevan dengan perkembangan AI tersebut. 

Pilihan Editor: Stella Christie Ungkap Konsekuensi Jika Bergantung pada Artificial Intelligence


DINI AGHNNY KHOIRIYAH

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement