Pentingnya Komunitas untuk Perempuan, Ruang Aman dan Tumbuh Bersama - lifestyle Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pentingnya Komunitas untuk Perempuan, Ruang Aman dan Tumbuh Bersama

foto-reporter

Reporter

google-image
Diskusi DNA Perempuan Indonesia yang digelar komunitas Membaca Raden Saleh di Jakarta, Minggu, 20 April 2025/Foto: Nurina Malinda

Diskusi DNA Perempuan Indonesia yang digelar komunitas Membaca Raden Saleh di Jakarta, Minggu, 20 April 2025/Foto: Nurina Malinda

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Merefleksikan Hari Kartini pada 21 April, salah satu persoalan yang menarik disoroti adalah betapa pentingnya bersatu dalam sebuah komunitas, hal yang mungkin di era Kartini tidak terbuka luas lantaran kondisi adat budaya. Padahal, perempuan tidak dapat dipisahkan dari komunitas, terlebih di era sekarang di mana kolaborasi sangat dibutuhkan. 

Menurut aktivis perempuan, Debra Yatim sebuah gagasan tidak bisa beredar dan meluas kalau tidak ada komunitas. "Alhamdulillah ketika Indonesia sudah selesai G-30 S mulai lahir sekian organisasi, klub, dan komunitas. Lantas setelah Orde Baru tumbang dan Indonesia menjadi middle class, masyarakat sejahtera menengah, kita tidak ada dana internasional, tetapi komunitas itu tetap ada. Jadi yang menarik dari adalah lahir komunitas ketika dana internasional tidak lagi membiayai, komunitas itu tetap ada," papar Debra.

Perempuan kelahiran 6 November 1954 ini mengatakan jika ternyata komunitas bisa secara mandiri membiayai kegiatan atau program mereka sendiri tanpa mengandalkan pemerintah. "Komunitas tidak perlu mengandalkan pemerintah atau dana internasional, karena komunitas tidak bisa dihilangkan. Komunitas punya semangat yang menghidupkan," ucap salah satu pendiri Kalyanamitra ini. 

Komunitas untuk perempuan juga bisa menjadi wadah bagi perempuan dengan keragamannya masing-masing, tidak kenal ras, agama, dan kelas. Mereka bisa berkumpul sesuai dengan minatnya masing-masing, mulai dari lingkungan, pendidikan, seni, hobi membaca, dan lain sebagainya. 

Feminis dan aktivis perempuan, Debra Yatim saat menjadi pembicara diskusi DNA Perempuan Indonesia yang digelar komunitas Membaca Raden Saleh di Jakarta, Minggu, 20 April 2025/Foto: Nurina Malinda

Lantas bagaimana dengan kontribusi perempuan yang bisa diberikan untuk komunitas? Menurut Debra perempuan-lah yang menciptakan komunitas, maka mereka juga menjadi pemimpin komunitas tersebut sebagai bentuk kontribusi. "Sekarang ini sudah banyak komunitas bahkan organisasi besar yang dipimpin oleh perempuan. Sebut saja ada LBH, WALHI, YLKI, Dian Desa, dan masih banyak lagi. Jadi salah satu DNA perempuan Indonesia memang senangnya memimpin dan punya gagasan," papar Debra. 

Menurut peraih Fulbright Visiting Scholar di Stanford University ini menegaskan jika gagasan bisa lahir dan beredar kalau diusung oleh sesama perempuan, salah satunya dengan menjadi pemimpin komunitas tersebut. Begitu pula jika bicara soal manfaat, tidak sedikit perempuan yang mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam komunitas. 

"Mendapat sesama teman di ruang aman di mana kita bisa ngomong tentang banyak hal misal suami atau tetangga yang bikin kita engak nyaman, maka kita enggak akan dihantam atau dihakimi. Kalau kita bawa ke ruang besar, misalnya di Mahkamah Konstitusi, kita enggak akan dihantam oleh laki-laki dengan perangkat formal administratif. Relasi sesama perempuan juga banyak memakai pakai feeling kan. Jadi kita enggak asal menghakimi dan lebih kuat saling berempati untuk tumbuh bersama. Itulah kekuatan perempuan," pungkas mantan wartawan kantor berita radio Australia ini. 

Pilihan Editor: 10 Komunitas Perempuan di Indonesia: Ibu Punya Mimpi hingga Perempuan Berkisah

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement