Suara Perempuan Milenial Tentang Komunitas: Ruang Belajar hingga Ekspresi Diri - lifestyle Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Suara Perempuan Milenial Tentang Komunitas: Ruang Belajar hingga Ekspresi Diri

foto-reporter

Reporter

google-image
Milenial bicara tentang komunitas. Foto: Dok. pribadi/Canva

Milenial bicara tentang komunitas. Foto: Dok. pribadi/Canva

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Komunitas adalah ruang yang punya banyak arti. Ada yang menjadikan komunitas sebagai ruang aman, memperdalam keterampilan, melepas penat ataupun menjajal petualangan baru. Nah, dalam rangkaian edisi khusus Cantika "Perempuan dalam Komunitas" memperingati Hari Kartini tahun ini, berikut ini secuplik kisah dari tiga perempuan milenial yang bergabung dalam suatu komunitas.

Ketiganya membagikan cerita kepada Cantika melalui wawancara online, Ahad, 20 April 2025, melalui aplikasi percakapan. Yuk, intip ceritanya!

1. Rahayu LS, Content Marketing Halodoc, 31 Tahun

Anggota Komunitas Parenting

Rahayu LS, Content Marketing Halodoc. Foto: Dok. Pribadi

Mengapa memilih gabung ke komunitas parenting?

Saya bergabung dengan media parenting community karena saya ingin benar-benar belajar tentang dunia pengasuhan anak alias parenting sebagai bekal untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua yang baik nantinya. Saya menyadari bahwa menjadi orang tua bukan hanya soal merawat anak, melainkan juga tentang membangun keluarga yang sehat secara emosional dan mental.

Lewat komunitas ini, saya berharap bisa menyerap banyak ilmu, wawasan, dan juga nilai-nilai yang dibagikan dari pengalaman nyata para orangtua lainnya.

Gak cuma itu, saya juga ingin memperluas jejaring sosial dengan mereka yang punya minat dan tujuan serupa. Bertemu dengan orang-orang dari latar belakang berbeda tapi punya keresahan dan semangat yang sama, itu sangat berharga.

Saya percaya, lewat saling berbagi cerita tentang mengurus anak, menghadapi tantangan rumah tangga, dan menemukan solusi bersama, saya bisa belajar lebih dalam dan merasa lebih siap ketika nanti menjalani peran sebagai orangtua.

Sejak kapan bergabung di komunitas parenting?

Agustus 2019 - sekarang

Kegiatan apa yang paling disukai di komunitas parenting?

Salah satu kegiatan yang paling saya sukai di komunitas ini adalah talkshow bersama para pakar atau expert, baik secara online maupun offline. Topiknya beragam dan insightful. Nggak cuma seputar anak dan pola asuh, tapi juga banyak bahasan yang menyentuh kebutuhan pribadi kita sebagai individu seperti kesehatan kulit, mental, atau pola makan sehat.

Para narasumbernya pun kredibel, mulai dari dokter, psikolog, hingga ahli gizi. Saya merasa kegiatan seperti ini sangat membuka wawasan dan membantu saya memahami banyak hal dari sisi profesional.

Saya juga suka banget dengan sesi edukasi produk yang sering diadakan. Kadang ada brand-brand tertentu yang datang untuk memperkenalkan produknya, lengkap dengan penjelasan dan kesempatan buat coba langsung.

Menurut saya ini seru banget, apalagi kalau produknya berkaitan dengan beauty dan skincare yang memang selalu menarik untuk dieksplorasi. Jadi selain dapat ilmu, saya juga bisa lebih aware dan selektif dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Biasanya, komunitas kamu lebih sering interaksi secara online atau offline?

Sejujurnya, saya pribadi lebih suka interaksi secara tatap muka atau offline karena rasanya lebih hangat dan terasa energinya. Ketemu langsung, ngobrol tatap muka, dan bisa saling tukar cerita secara langsung itu punya kesan yang berbeda dibanding chatting online atau video Zoom Ada semangat yang lebih hidup ketika bisa berkumpul bareng di satu ruangan.

Tapi sejak pandemi COVID-19 di tahun 2020, banyak kegiatan komunitas yang beralih ke online. Sampai sekarang pun masih dijalankan secara hybrid, gabungan antara online dan offline.

Untuk interaksi online sendiri, biasanya kami aktif di grup WhatsApp yang memang dibagi sesuai minat, seperti grup parenting, beauty, sampai kesehatan mental. Jadi, walau tidak selalu bisa ketemu langsung, tetap ada ruang untuk berdiskusi dan saling support.

Hal-hal yang disenangi atau manfaat bergabung di dalam komunitas parenting?

Ada banyak hal positif yang saya rasakan sejak bergabung di komunitas ini. Salah satunya yaitu mendapatkan edukasi yang lengkap dan relevan, tak hanya soal parenting, tapi juga topik lain seperti kesehatan diri, mental wellness, hingga pengasuhan berbasis ilmu.

Tapi lebih dari itu, yang paling saya syukuri adalah rasa percaya diri yang tumbuh karena berada di lingkungan yang suportif. Di komunitas ini, saya merasa diterima apa adanya. Saya bisa cerita tanpa takut dihakimi dan itu sangat melegakan.

Selain menerima, saya juga jadi punya ruang untuk memberi. Karena latar belakang saya dari bidang kesehatan, saya bisa ikut berbagi informasi dan bantu teman-teman yang mungkin butuh arahan atau sekadar butuh teman diskusi soal kesehatan.

Rasanya menyenangkan bisa berkontribusi dan itu membuat saya merasa lebih berdaya. Bukan hanya sebagai individu di keluarga dan tempat kerja, melainkan juga sebagai bagian dari komunitas yang saling mendukung.

Apakah ada hal-hal yang tidak disukai atau membuat kamu tidak nyaman dalam komunitas parenting?

Sejauh ini, saya merasa sangat nyaman dan bahagia menjadi bagian dari komunitas ini. Saya selalu semangat mengikuti kegiatan-kegiatannya. Alasannya selain menambah wawasan, suasananya juga hangat dan suportif.

Kalaupun ada hal yang membuat saya merasa kurang nyaman, mungkin lebih ke sisi emosional, seperti ketika mendengar cerita-cerita yang menyedihkan dari teman-teman sesama anggota komunitas. Misalnya tentang KDRT yang mereka alami, perjuangan menghadapi baby blues setelah melahirkan, atau dilema antara menjadi ibu bekerja atau full-time mom.

Sebagai sesama perempuan, cerita seperti itu rasanya benar-benar menyentuh hati.

Tapi justru dari situ saya belajar banyak hal tentang empati dan pentingnya hadir untuk satu sama lain. Saya ingin terus menjadi bagian dari komunitas ini agar bisa saling menguatkan, bertumbuh bersama, dan menjadi support system yang nyata bagi siapa pun yang sedang berjuang.

2. Nurul Astutik, Guru Kimia SMA Cakra Buana, 43 tahun

Anggota Komunitas Guru Pembelajar

Nurul Astutik, Guru Kimia SMA Cakra Buana. Foto: Dok. Pribadi

1. Mengapa memilih gabung ke komunitas Guru Pembelajar?

Bergabung ke komunitas Guru Pemeblajar didorong oleh kesadaran pribadi akan kebutuhan sebagai pendidik yang harus senantiasa mengasah kemampuan dan keterampilan. Selain itu, ruang ini juga membantu saya up to date dengan zaman anak-anak didik sekaligus menambah relasi. 

2. Sejak kapan bergabung di Komunitas Guru Pembelajar?

2022 sampai sekarang.

3. Kegiatan apa yang paling disukai di komunitas Guru Pembelajar?

Salah satu aktivitas yang saya sukai adalah praktik penggunaan teknologi untuk pembelajaran seperti Canva, Educaplay, Quizizz, dan masih banyak lagi. Kami, sesama anggota komunitas, bisa bertukar ilmu dan pengalaman. Menyenangkan belajar bersama-sama.

4. Biasanya, komunitas kamu lebih sering interaksi secara online atau offline?

Lebih sering daring atau online setiap bulan

5. Hal-hal yang disenangi atau manfaat bergabung dengan komunitas Guru Pembelajar?

Salah satu yang disenangi adalah berjumpa dengan orang orang hebat dengan kemampuan yang beragam. Dari segi manfaat, banyak hal yang bisa didapatkan ketika kamu bergabung dalam suatu komunitas. Contohnya, membuka peluang untuk berkolaborasi dalam proyek, berbagi ide-ide inovatif, saling belajar dan bertukar pengetahuan mengenai metode pengajaran terbaru, tren pendidikan, dan praktik terbaik. Manfaat lainnya adalah dukungan emosional sebagai pendidik. 

6.  Apakah ada hal-hal yang tidak disukai atau membuat kamu tidak nyaman dalam komunitas Guru Pembelajar?

Alhamdulillah, sejauh ini tidak ada. 

3. Mariam Ananda, Ibu Rumah Tangga, 41 tahun

Anggota Komunitas La Sportiva Climbing Team dan IBEX

Mariam Ananda, anggota komunitas panjat tebing. Foto: Dok. Pribadi

1. Mengapa memilih bergabung ke komunitas La Sportiva Climbing Team dan IBEX? 

Saya bergabung dengan komunitas panjat tebing terutama karena minat mendalam terhadap kegiatan outdoor sejak duduk di kursi SMA sekitar 25 tahun lalu. Setelah beberapa tahun vakum untuk fokus mengurus anak-anak saat menikah, saya merasa perlu kembali mengekspresikan minat dan hobi saya di bidang ini.

Yang menyenangkan, Rinjani putri saya yang berusia tujuh tahun juga menunjukkan ketertarikan yang sama besarnya, sehingga bergabung dengan komunitas panjat menjadi cara kami untuk menjalin bond atau ikatan keluarga yang lebih erat.

Kami lalu bergabung dengan La Sportiva Climbing Team, komunitas panjat yang terbuka untuk segala kalangan dengan jadwal yang lumayan sesuai bagi saya sebagai ibu rumah tangga. 

Olahraga panjat itu kesannya lekat dengan maskulinitas, dan bisa bikin perasaan minder karena kelihatan sudah jago semua. Tapi di La Sportiva Climbing Team ini sangat terbuka dan welcome banget bahkan untuk level beginner.

Selain itu, saya dan keluarga juga menjadi salah satu simpatisan dari Indonesia Big Wall Expedition, komunitas yang memfokuskan diri ke kegiatan panjat untuk tebing besar atau yang disebut big wall dengan ketinggian lebih dari 300 meter. 

Mereka baru saja menyelesaikan ekspedisi panjat di Bali dan Nussa Tenggara, dan menjadi pembuat jalur pertama di Tebing Nucca Molas di NTT. Pulau yang dijuluki Pulau Jurassic di Indonesia karena keindahannya yang tentunya dapat mendatangkan nilai lebih untuk pendapatan pariwisata di wilayah tersebut. Bahkan IBEX juga tidak hanya aktif melakukan kegiatan panjat tebing di dalam negeri, tapi juga aktif di luar negri seperti mencapai puncak Tebing Yosemitte di Amerika Serikat dan pada Juli 2025 mendatang IBEX juga akan melakukan ekspedisi ke tebing tertinggi di dunia, yaitu Trango Tower di Pakistan.

2. Sejak kapan bergabung di La Sportiva Climbing Team dan IBEX?

Saya dan keluarga mulai intense menggeluti olahraga panjat ini sekitar satu tahun yang lalu, dan bergabung dengan komunitas panjat ini kurang lebih sekitar 6-7 bulan yang lalu.

3. Kegiatan apa yang paling disukai di La Sportiva Climbing Team dan IBEX?

Saya sangat menikmati sesi latihan di wall climbing bersama La Sportiva Climbing Team yang biasanya penuh canda dan tawa, tidak ada sekat-sekat antara pemanjat yang baru mencoba dengan yang sudah expert. Semua ilmu, keterampilan atau skill, teknik dibagikan secara gratis, bahkan bagi pemula yang belum memiliki alat seperti harness, sepatu dan chalk bag akan dipinjamkan.  

Sementara untuk keterlibatan dengan IBEX memberi saya dan anak saya kesempatan terus terinspirasi oleh ekspedisi panjat tebing yang lebih menantang. Melihat perkembangannya dalam olahraga ini sangat membanggakan.

Minggu lalu, anak saya bahkan diberikan kesempatan berlatih rope system untuk pemanjatan multipitch di tebing Parang, Purwakarta Jawa Barat hingga di ketinggian 50 meter dibimbing oleh para pendaki yang sudah ahli dan dikenal di bidangnya.

Potret Mariam Ananda latihan bersama IBEX di Tebing Parang, Purwakarta. Foto: Dok. Pribadi

4. Biasanya, komunitas kamu lebih sering interaksi secara online atau offline

Dengan La Sportiva Climbing Team, interaksi lebih banyak dilakukan offline melalui latihan rutin setiap akhir pekan di wall climbing GOR Soemantri  Brodjonegoro Kuningan, Jaksel. Kami juga memiliki grup chat untuk koordinasi dan berbagi informasi.

Untuk IBEX, interaksi dilakukan online dan offline, karena posisi mereka di Bandung. Biasanya mereka akan membagikan jadwal dan rencana pemanjatan di akun instagram mereka. Biasanya kami bergabung latihan bersama dalam 2-3 bulan sekali.

5. Hal-hal yang disenangi atau manfaat bergabung di La Sportiva Climbing Team dan IBEX?

Manfaat terbesar adalah kembali menemukan keseimbangan hidup saya sebagai individu yang memang menyukai sekali kegiatan outdoor dan juga sebagai ibu yang dapat berbagi hobi dan kesukaan dengan keluarga saya.

Sebagai ibu rumah tangga, komunitas ini memberikan saya ruang untuk mengekspresikan diri di luar peran domestik, sekaligus mengajarkan nilai-nilai seperti ketekunan dan keberanian kepada saya dan juga anak saya. 

Secara fisik, saya dan keluarga merasa lebih bugar dan energik, bonding dengan anak dan suami juga terasa lebih kuat. Sebagai orang tua, saya juga tidak mengalami struggle atau kesulitan untuk mengontrol waktu screen time anak-anak karena mereka menjadi lebih menyukai kegiatan yang bersifat adventure.

Secara mental, tantangan panjat tebing mengajarkan kami untuk terus berani dan tangguh menghadapi kesulitan. Tak kalah pentingnya adalah persahabatan yang semakin luas dengan para pemanjat lain yang memiliki semangat petualangan serupa. Membuat perjalanan kami menekuni olahraga panjat menjadi lebih bermakna.

6. Apakah ada hal-hal yang tidak disukai atau membuat kamu tidak nyaman di dalam La Sportiva Climbing Team dan IBEX?

Dalam dua komunitas yang saya sebutkan secara jujur sama sekali tidak ada. Kedua komunitas ini memiliki kultur yang amat supportif tanpa memandang latar belakang atau level kemampuan.

Pilihan Editor: 10 Komunitas Perempuan di Indonesia: Ibu Punya Mimpi hingga Perempuan Berkisah

SILVY RIANA PUTRI | ECKA PRAMITA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement