Paula Verhoeven dan Baim Wong Resmi Berpisah, Simak Tips Co-parenting Berikut Ini - relationship Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Paula Verhoeven dan Baim Wong Resmi Berpisah, Simak Tips Co-parenting Berikut Ini

foto-reporter

Reporter

google-image
Paula Verhoeven/Foto: Instagram/Paula Verhoeven

Paula Verhoeven/Foto: Instagram/Paula Verhoeven

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Proses cerai Paula Verhoeven dan Baim Wong memasuki babak akhir sidang putusan cerai yang digelar di Pengadilan Agama Jakarta pada Rabu, 16 April 2025.  Pada sidang putusan cerai yang berlangsung hari ini Baim Wong hadir bersama pengacaranya, serta kakak laki-laki dan kakak perempuannya. Namun, diketahui Paula Verhoeven tidak hadir pada sidang putusan tersebut. 

Sepanjang proses cerai, Baim Wong dan Paula sama-sama gigih memperjuangkan hak asuh anak. Selama ini kedua anak mereka, Kiano dan Kenzo tinggal bersama Baim. Namun, Paula kerap kali mengunjungi anak-anaknya dan mengajak berlibur seperti yang ia bagikan di lama Instagram pribadi miliknya tepat satu hari sebelum putusan sidang. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kedua pasangan ini kerap bersiteru, tetapi kedekatan yang terjalin antara anak-anak dan orang tua harus tetap terjaga.

Dengan adanya perceraian, bukan berarti hubungan dengan mantan pasangan berakhir begitu saja, apalagi jika sudah memiliki anak. Bebarapa hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hubungan yang baik dan sehat setelah bercerai.

Cara menjaga hubungan baik dan berdamai di masa transisi setelah berpisah 

Perceraian merupakan peristiwa yang sulit dilalui secara emosional. Perceraian juga kerap kali meninggalkan amarah dan permusuhan antar mantan pasangan dan perceraian menjadi pemutus hubungan keduanya yang sebelumnya sempat terjalin. 

Namun, tak jarang di antara pasangan yang berpisah masih meninggalkan hubungan yang sehat dan tetap berkomunikasi dengan baik. Melansir laman American Psychological Associatio, ini lah yang bisa dilakukan untuk tetap menjaga hubungan baik setelah bercerai. 

1. Kerjasama, komunikasi, dan mediasi

Selama proses perceraian kerap kali muncul ledakan emosi seperti kemarahan, kesedihan, kecemasan, hingga ketakutan. Biasanya perasaan tersebut muncul secara tiba-tiba sehingga sulit untuk dikendalikan. Namun, cobalah untuk tidak menganggap perceraian sebagai permusuhan. 

Sebelum berpisah, mediasi perceraian sering kali menjadi pilihan yang baik untuk proses pengadilan. Penelitian menunjukkan bahwa mediasi bermanfaat untuk kepuasan emosional hubungan suami istri dan anak. 

Jika ada masalah atau sesuatu yang dilakukan pasangan masih mengganjal di hati, bicara dan komunikasikan lah dengan pasanganmu. Sehingga perceraian akan menjadi lebih sehat bagi semua pihak yang terlibat. 

2. Menghindari Konflik

Bagi anak-anak, perceraian kedua orang tuanya menjadi pengalaman traumatis. Maka, sebagai orang tua yang sedang dalam proses cerai hendaknya menjauhkan hal-hal yang menimbulkan konflik yang bisa mempengaruhi anak. Konflik orang tua yang terus menerus bisa memberikan dampak buruk psikologi dan sosial pada anak. 

Mulailah untuk membangun komunikasi yang tetap terbuka dengan melakukan percakapan yang jujur atas perubahan kondisi keluarga yang akan dialami. Anak-anak juga akan merasa jauh lebih baik jika mereka tetap memiliki hubungan yang baik dan tetap berhubungan dengan kedua orang tua mereka, meski sudah berpisah dan tidak tinggal di satu rumah yang sama. 

3. Merawat diri sendiri

Tentunya akan ada banyak perubahan yang terjadi setelah bercerai dengan pasangan. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mulai merawat diri menjadi lebih baik dengan melakukan berbagai kegiatan positif. 

Cobalah untuk terlibat dalam aktivitas yang dulu kamu sukai tetapi sudah lama tidak dilakukan, atau bisa juga dengan memulai aktivitas dan hobi baru. Selain menjaga kesehatan fisik, kamu juga bisa meminta keluarga dan teman untuk memberikan dukungan formal untuk membantu mengatasi emosimu setelah perceraian. 

4. Konseling Psikolog

Jika merasa dukungan dari orang terdekat kurang efektif, kamu juga bisa melakukan konsultasi dengan psikolog untuk mengatasi emosi dan menyesuaikan diri atas perubahan yang dialami. Psikolog juga dapat membantu kamu dalam berpikir dengan seksama apa yang salam dalam pernikahan sebelumnya. Sehingga, kamu dapat menghindari terulangnya pola negatif apapun dalam hubungan berikutnya.

Co-Parenting yang Tepat Demi Tumbuh Kembang Anak Pasca-Cerai

Meskipun telah bercerai, orang tua tetap harus memperioritaskan pola asuh dan strategi co-parenting yang befokus pada kebahagiaan dan kesejahteraan anak. Sehingga menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung tumbuh kembang yang sehat bagi anak. 

Melansir laman The Law Firm of Dalena & Bosh, berikut contoh co-parenting yang bisa dilakukan untuk mendukung tumbuh kembang anak pasca-cerai.

1. Memahami dampak perceraian pada anak

Sebelum itu, kamu perlu mengetahui bahwa perceraian bisa berdampak yang besar bagi emosional, sosial, dan akademis anak. Sebagai orang tua, kamu perlu melakukan pendekatan menggunakan empati dan kepekaan pada anak. Bantu anak mengenali kemungkinan yang akan mereka hadapi setelah kedua orang tuanya bercerai. 

2. Komunikasi dan kolaborasi yang efektif

Komunikasi yang efektif antara orang tua menjadi landasan keberhasialan co-parenting. Dengan komunikasi yang jelas dan terbuka, memastikan kedua orang tua memiliki pandangan yang sama dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk anak terkait pengasuhan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan kegiatan akademis anak. Kedua orang tua juga harus berkolaborasi menjadi satu tim untuk terus melibatkan diri dalam kegiatan anak.

3. Menciptakan lingkungan yang mendukung

Meskipun telar bepisah, kedua orang tua masih harus memberikan dukungan emosional kepada anak mereka selama masa tumbuh kembang. Cobalan membiasakan diri untuk mendengarkan dengan aktif, meyakinkan, dan memvalidasi perasaan anak. Dorongan komunikasi terbuka dengan anak ini bisa meningkatkan kedekatan dan rasa percaya anak kepada orang tua. 

4. Menghormati dan menghindari konflik

Anak cenderung mengamati dan mengikuti cara orang tua mereka berinteraksi. Maka, sangat menumbuhkan rasa hormat terhadap satu sama lain sebagai orang tua sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak. Hindari juga konflik berlebihan di depan anak, agar mereka tidak ikut merasa merasa cemas dan stress. 

5. Gaya asuh yang konsisten

Co-parenting perlu dilakukan dengan konsisten. Bisa dengan menetapkan harapan, aturan, dan batasan yang sama di kedua rumah tangga. Sehingga anak dapat memiliki kondisi emosional yang stabil dan bisa beradaptasi dengan dinamika keadaan keluarga baru mereka. 

6. Memperkenalkan pasangan baru

Ketika salah satu orang tua yang sudah bercerai mulai memiliki hubungan romantis yang baru, pertimbangkan dengan cermat waktu yang tepat untuk mulai memperkenalkan pasangan baru kepada anak-anak. Diperlukan kesabaran, kepekaan, dan pastikan anak merasa aman atas perubahan yang akan terjadi dengan bertambahnya anggota baru di keluarga mereka.

7. Mencari dukungan profesional atau terapi pengasuhan

Membangun co-parenting yang sehat tentunya memerlukan waktu dan usaha. Ada kalanya dukungan profesional sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang ada atau mencari startegi pengasuhan yang tepat dan efektif. Komunikasikan apa yang menjadi 

Pilihan Editor: Gaya Lady Boss ala Paula Verhoeven, Ragam Outer Simpel dan Versatile

FATMAWATI | APA | DALENABOSCH

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement