5 Tanda saat Pasangan Hanya Ingin Didengarkan atau Emotional Dumpling, Monopoli Cerita - relationship Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Tanda saat Pasangan Hanya Ingin Didengarkan atau Emotional Dumpling, Monopoli Cerita

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/tirachardz

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/tirachardz

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta -  Dalam hubungan, kita sering mendatangi pasangan untuk melampiaskan emosi yang terpendam, namun kita harus selalu mempertimbangkan waktu, ruang, dan kemampuan mental orang lain untuk menghadapinya.

Dalam kasus emotional dumpling, salah satu pasangan terus-menerus menceritakan rasa frustrasinya tanpa mempertimbangkan batasan dan cenderung hanya ingin didengarkan. 

“Emotional dumping biasanya mengabaikan batasan orang lain karena tidak mencerminkan apakah informasi yang dibagikan relevan, bermanfaat, atau bahkan akurat. Sebaliknya, ini adalah mekanisme penanggulangan tidak sehat yang digunakan orang untuk mengatasi stres selama situasi pemicunya.? Karena kurangnya kesadaran tentang bagaimana orang lain terkena dampaknya, pembuangan emosi dapat menyebabkan rasa keintiman yang salah; hal ini akan semakin parah jika ada sikap defensif dari pembicara (misalnya, terlalu banyak berbagi atau terus-terusan mengatakan bahwa ada sesuatu yang bukan kesalahannya. )," tulis Terapis Sadaf Siddiqi.

Mulai dari tidak menyadari reaksi kita hingga tidak mempertimbangkan pendapat orang lain, berikut beberapa tanda pasangan hanya ingin didengarkan atau emotional dumpling

1. Ketidakpedulian

Ketika kita gagal memperhitungkan waktu, ruang, dan kapasitas orang lain untuk melakukan percakapan tersebut pada waktu tertentu, kita akhirnya menganggap remeh hal tersebut.

2. Memonopoli cerita 

Terus-menerus berfokus pada masalah kita dan mengulangi masalah yang sama berulang kali tanpa berupaya mencari solusi bisa sangat membuat frustrasi.

3. Tidak mendengarkan pendapat orang lain

Ketika kita tidak terbuka untuk mendengarkan pendapat atau sudut pandang orang lain, secara teknis kita tidak mencari solusi atas masalah tersebut.

4. Berbagi perasaan di permukaan secara berlebihan

Kita takut menjadi rentan terhadap orang lain, jadi kita akhirnya berbagi emosi di permukaan tanpa mengakui kebenarannya.

5. Tidak menyadari reaksi

Kita juga tidak menyadari reaksi yang kita miliki dan bagaimana reaksi tersebut berdampak kuat pada cara kita berhubungan dengan orang lain.

Pilihan Editor: 7 Alasan Kamu Perlu Traveling dengan Pasangan sebelum Menikah

HINDUSTAN TIMES

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement