Dorongan Ibunda, Maudy Ayunda Berani Menyuarakan Isu Khusus - ragam Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dorongan Ibunda, Maudy Ayunda Berani Menyuarakan Isu Khusus

foto-reporter

Reporter

google-image
Maudy Ayunda memberikan keterangan dalam peluncuran single Goodbye di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Kamis, 5 September 2019. Maudy memutuskan meninggalkan dunia hiburan untuk menempuh pendidikan S2 di Stanford University, Amerika. TEMPO/Nurdiansah

Maudy Ayunda memberikan keterangan dalam peluncuran single Goodbye di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Kamis, 5 September 2019. Maudy memutuskan meninggalkan dunia hiburan untuk menempuh pendidikan S2 di Stanford University, Amerika. TEMPO/Nurdiansah

Advertisement

CANTIKA.COM, JakartaMaudy Ayunda salah satu figur publik yang berani bersuara mengenai masalah-masalah sosial di Indonesia, terutama mengenai pendidikan hingga perundungan terhadap perempuan. Ia sadar betul kelebihannya sebagai pesohor memiliki platform yang sangat besar untuk membuat perubahan yang positif.

Maudy mengatakan bahwa ibunya sangat mendorong dirinya untuk berani bersuara mengenai isu penting di sekitarnya.

“Dari kecil sampai sekarang ibu aku kebiasaannya meminta anaknya ikut menyelesaikan masalah, walaupun hal-hal kecil. Contohnya, kita mau ada acara, ibu tanya ke aku makanan apa yang sebaiknya disediakan. Itu walaupun hal kecil bisa mengambil waktu 30 menit sendiri,” tutur Maudy di Jakarta Pusat, pada akhir Februari 2019.

Maudy Ayunda dan ibu, Muren. Instagram.com/@maudyayunda

Ia juga bersyukur karena orang tuanya mendorong untuk berinteraksi dengan orang-orang yang tidak memiliki status sosial yang sama dengan dirinya.

“Dulu mendapatkan tawaran main film ‘Untuk Rena’, berperan sebagai anak yatim piatu. Ibu melihat kalau hal itu bisa menjadi pelajaran yang baik untuk aku. Waktu itu masih berusia 9 tahun dan selama syuting aku tidur bareng dengan teman-teman di yatim piatu, main bareng, main lumpur di sana,” lanjut Maudy.

Ia mengatakan kalau pengalaman syuting pertama itu memiliki dampak yang besar karena melihat kondisi anak-anak lain yang jauh berbeda dengannya. Hal tersebut membantu mendorong Maudy untuk berani bersuara dan mengambil aksi untuk membantu orang di sekitarnya.

Wanita kelahiran 19 Desember 1994 ini merasa kalau generasi muda adalah penerus bangsa dan tentunya memiliki tanggung jawab yang besar. “Kita harus memiliki pola pikir yang peduli dengan komunitas dan perubahan,” kata Maudy.

ASTARI PINASTHIKA SAROSA

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement