Trik Menyiapkan Keuangan bagi Pekerja yang Resign usai Melahirkan - ragam Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Trik Menyiapkan Keuangan bagi Pekerja yang Resign usai Melahirkan

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi ibu sedang menggendong bayi. (Unsplash/The Honest Company)

Ilustrasi ibu sedang menggendong bayi. (Unsplash/The Honest Company)

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan yang berkarier sebagai pekerja kantoran kerap menemui tantangan antara kehidupan keluarga dan profesional. Salah satunya di masa hamil anak pertama, kedua atau ketiga, beberapa perempuan mulai mempertimbangkan untuk resign atau berhenti bekerja usai melahirkan. Alasannya pun beragam untuk fokus mengasuh anak, orang tua hanya sanggup membantu menjaga satu anak, tidak percaya menggunakan jasa penitipan anak atau babysitter hingga permintaan suami.

Jika Anda sedang menghadapi situasi ini dan sudah menetapkan untuk resign, cek dulu trik perencanaan keuangan ini agar Anda dan suami tidak kelabakan di masa transisi tersebut. “Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan budget ulang. Ada atau nambah anak pasti meningkat pengeluarannya sebanyak 20 persen. Misalnya, ya, kalau sekarang pengeluaran bulanannya 10 juta, maka akan jadi 12 juta. Kalau mau tetap 10 juta, berarti pos keuangan yang lain berubah. Sebab pos untuk anak tidak bisa berubah,” kata Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan independen, saat ditemui di acara peluncuran buku “MoneySmart Parent” yang ditulisnya bersama Nadia Mulya di Jakarta Selatan, Rabu 16 Oktober 2019.

Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan independen, di acara peluncuran buku "MoneySmart Parent" yang ditulisnya bersama presenter Nadya Mulya di Jakarta Selatan, Rabu 16 Oktober 2019. (Tempo/Silvy Riana Putri)

Bagi Anda yang sudah memiliki anak sedangkan ini kehamilan kedua, kemudian berpikir banyak pakaian dan barang lungsuran dari kakaknya, perlu diingat kebutuhan bayi bukan itu saja.

“Meskipun baju, bok atau stroller-nya bisa pakai lungsuran kakak atau dari sepupunya, tetapi ada kebutuhan bayi yang tidak bisa di-sharing. Contohnya, popok, imunisasi atau sakit,” Prita menjelaskan.

Lebih lanjut ia menjabarkan, “Yang kedua, sebelum resign bagi Anda yang mendapatkan fix income tiap bulan dengan yang tidak, Anda harus bikin dana darurat enam kali dari pengeluaran rutin bulanan. Anda juga harus sanggup menghemat setengah dari biaya hidup saat ini. Di luar yang tadi, ya.”

Menurut Prita, saat resign dari pekerjaan, tidak hanya gaji yang hilang. Tetapi ada elemen Tunjangan Hari Raya (THR), bonus, BPJS, DPLK mungkin, dan berbagai benefit lainnya. Hal itu yang banyak sekali masyarakat tidak mempertimbangkan sampai ke situ.

Bila masih ada yang galau dan sedang menimbang jasa pengasuh atau penitipan anak, Prita pun berpesan agar biaya jasa tersebut tidak banyak menyita dari penghasilan Anda. “Kalau misalnya punya anggaran untuk jasa penitipan anak, boleh dipertimbangkan baik-baik. Pilihannya beragam mulai dari daycare, asisten di rumah hingga babysitter. Prinsipnya, saat pakai jasa itu adalah nominal penghasilan Anda dua kali lipat dari biaya jaga anak. Kalau sampai biaya jaga anak porsinya 80 persen dari penghasilan Anda, lebih baik tidak usah. Karena Anda cuma dapat capek kerja aja,” tandas Prita.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement