CANTIKA.COM, Jakarta - Anak - anak sedang menanti pengumuman SBMPTN 2018 atau seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri pada pukul 17.00 hari ini, Selasa 3 Juli 2018. Sekarang mereka pasti masih deg - degan apakah namanya akan tertera dalam daftar siswa yang berhasil masuk ke perguruan tinggi. Bukan cuma anak, orang tua juga gundah karena ingin anaknya masuk ke perguruan tinggi favorit.
Baca juga: Tips Cari Guru Privat agar Anak Siap SBMPTN Tahun Depan
Buat para orang tua, psikolog Ratih Ibrahim mengingatkan agar orang tua tetap eling kalau nama anak mereka tak ada dalam daftar siswa di pengumuman SBMPTN 2018. Apapun yang terjadi, Ratih Ibrahim mengatakan orang tua jangan sampai menghukum anak jika tak masuk perguruan tinggi negeri. "Hukuman itu sangat jahat," ucap Ratih Ibrahim di Jakarta.
Ratih Ibrahim yang juga pendiri lembaga Personal Growth ini menjelaskan memberi hukuman sebagai konsekuensi anak - anak telah melakukan tindakan yang tidak menyenangkan orang tua atau melakukan kesalahan adalah keliru. Musababnya, dia melanjutkan, biasanya orang tua memberikan hukuman dengan menggunakan emosi dan untuk menunjukkan kekuasaan kepada anak.
Bukan hanya hukuman dalam bentuk fisik, Ratih mengingatkan agar orang tua menjaga ucapannya, misalnya tidak berkata kasar, memarahi, atau mengancam, supaya perasaan anak tidak bertambah sedih. "Intinya, saya tidak setuju semua bentuk hukuman," ucap tegas Ratih.
Artikel Terkait:
Artikel lainnya:
Anak Tergila-gila Aplikasi Tik Tok, Psikolog: Orang Tuanya Mana?
Asri Welas Ingatkan Anak Tidak Kebablasan Gunakan Bahasa Inggris
Pelaksanaan SBMPTN dengan metode ujian tulis berbasis komputer di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa, 8 Mei 2018. Tempo/Irsyan
Hukuman dalam bentuk apapun, menurut dia, akan berdampak pada perkembangan anak. Bukannya membuat anak tergerak untuk menjadi lebih baik, Ratih Ibrahim melanjutkan, hukuman ini justru merusak sisi positif perkembangan anak. Parahnya, secara tidak langsung akan membuat anak-anak akan menjadi sama seperti orang tuanya di masa depan.
Ratih Ibrahim menjelaskan, anak seharusnya dibiarkan berkembang karena mereka pada dasarnya sedang dalam tahap belajar. Dalam proses belajar tersebut, adalah wajar jika mereka melakukan kesalahan. Dengan begitu, hukuman yang diberikan malah akan menambah penderitaan dan beban kepada anak.