Respons Tepat Jika Anak Terobsesi dengan Pahlawan Super - Keluarga Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Respons Tepat Jika Anak Terobsesi dengan Pahlawan Super

foto-reporter

Reporter

google-image
Jahn Fredy Duque berbicara dengan anak kecil usai tampil sebagai Spiderman di jalanan di Bogota, Kolombia, 24 April 2017. AFP/RAUL ARBOLEDA

Jahn Fredy Duque berbicara dengan anak kecil usai tampil sebagai Spiderman di jalanan di Bogota, Kolombia, 24 April 2017. AFP/RAUL ARBOLEDA

Advertisement

TEMPO.CO, Jakarta - Anak memiliki dunia sendiri. Segala sesuatu yang disukai anak akan selalu dimainkan, diperagakan, sampai dikoleksi segala sesuatu yang terkait. Misal ketika si kecil memakai kostum pahlawan super Spiderman sepanjang hari, tanpa peduli jika pakaian itu sudah kotor atau bau keringat. Selain kostum, biasanya anak akan meminta mainan, alat tulis, hingga dekorasi kamar Spiderman.

Baca juga:
Difteri Rentan pada Anak, Ketahui Cara Penularan dan Mencegahnya

Artikel berjudul A Psychological Explanation for Kids Love of Dinosaurs yang ditulis Kate Morgan dan dimuat di New York Magazine, menunjukkan hampir semua anak pernah mengalami obsesi berlebih terhadap satu atau beberapa hal. Obsesi ini biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 6 tahun. Obsesi ini lebih dari sekadar suka, seperti anak menyukai cokelat atau es krim. Kekaguman mereka terhadap hal-hal tertentu itu muncul tanpa dorongan atau pengaruh orang tua dan bertahan dalam waktu cukup lama.

Lantas bagaimana cara orang tua menghadapi anak yang sedang terobsesi pada sesuatu?

Kate Morgan berpesan agar orang tua jangan menganggap remeh apalagi menyepelekan obsesi anak. Sebab, fase ketika anak terobsesi ini merupakan tahapan penting dan berpengaruh pada tahap belajar mereka. Para peneliti menyebut fase obsesi anak ini sebagai fase “ketertarikan intensif”. Obsesi anak terhadap sesuatu akan memberikan keuntungan secara intelektual.

Ilustrasi cita-cita anak. Aliexpress.com

Anak-anak biasanya sangat bersemangat mendalami dan mengejar obsesi mereka, bahkan tanpa disadari oleh ayah dan ibunya. Dari situ, anak akan mempelajari banyak kata, pengetahuan umum, bahkan hal ini memupuk kepercayaan dirinya. Menurut penelitian dari Universitas Yale, Amerika Serikat, anak laki-laki biasanya punya obsesi yang lebih banyak daripada anak perempuan. Dan ini merupakan tahap tumbuh kembang yang sehat.

"Dalam studi pada 2008 ditemukan, ketertarikan intensif yang terus berlanjut, terutama dalam domain konseptual seperti dinosaurus, dapat membantu anak mengembangkan pengetahuan dan ketekunan, fokus dan perhatian yang lebih baik, serta kemampuan mengolah informasi yang lebih dalam," kata Kate Morgan. Artinya, obsesi itu membuat anak menjadi pelajar yang lebih baik dan cerdas.

Ilustrasi cita-cita anak. Hcostume.com

Ketika anak sedang terobsesi terhadap sesuatu, mereka akan secara alami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Ini sebabnya orang tua sebaiknya juga ikut belajar dan menyiapkan diri sebagai sumber informasi tepercaya. Tidak perlu khawatir, fase obsesi ini akan berangsur-angsur berkurang seiring bertumbuhnya anak.

AURA

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement