TEMPO.CO, Jakarta - Industri mode Muslim setiap tahunnya semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Karena perkembangan ini, komunitas Muslim di Indonesia, terutama untuk Muslimah, membuat pasar besar untuk mode Muslim yang semakin beragam. Baca: Tren Mode Muslim 2018, Indonesia Beda dari Negara Lain
Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, industri mode Muslim di Indonesia diharapkan untuk terus meningkat kualitas dan popularitasnya agar dapat bersaing ke jenjang pasar internasional. Sebagai merek mode Muslim Indonesia, Suqma bekerjasama dengan pemerintah, desainer, dan komunitas hijabers, untuk mengembangkan industri mode muslim Indonesia ke dunia internasional.
“Kami ingin merek-merek lokal itu menang di negara sendiri, kenapa harus selalu berpikir kalau produk luar lebih baik. Brand lokal di Indonesia itu punya potensi besar untuk bersaing di pasar Internasional,” tutur Riel Tasmaya, CEO Suqma Indonesia, di “Private Moroccan Trunk Show,” di Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017. Baca juga: Tradisi Maroko Jadi Inspirasi Busana Jenahara Nasution
Sekarang, mode Muslim di Indonesia adalah sebuah fashion statement, menunjukkan kalau produk lokal itu banyak yang minat. Potensi di Indonesia tidak kalah dari negara lain. Tidak hanya dari desainer-desainer Indonesia yang sangat kreatif, sampai tempat produksi juga tidak kalah dengan negara lain.
Suqma sendiri bekerjasama dengan PT Sri Rejeki Isman (SRITEX), yang juga produksi pakaian-pakaian di merek industri ternama, seperti Uniqlo dan H&M. Desain dan motif yang ada di busana mode Muslim di Indonesia juga berbeda dari negara lain.
Artikel Terkait:
“Saya ingin kalau negara luar berpikir mengenai mode Muslim, mereka langsung berpikirnya dengan merek modest fashion Indonesia,” lanjut Riel. Baca juga: Jenahara Nasution, Kini Fokus ke Pasar Baju Muslim Dalam Negeri
Sekarang, mode muslim di Indonesia lebih sering diproduksi oleh label, belum merek industrial. Dengan meningkatkan adanya merek industrial, jangkauan pasar produk ini juga lebih besar.